Kamis, 14 Februari 2013

Kisah di Balik Kesuksesan Tur Konser Death Vomit di Australia

Kisah di Balik Kesuksesan Tur Konser Death Vomit di Australia



Death Vomit, pionir deathmetal
Yogyakarta melakukan tur luar
negeri pertama sekaligus merilis
ulang albumnya di negeri
Kangguru belum lama ini. Ditemui
di studionya di kawasan utara Yogyakarta, Death Vomit
menceritakan bagaimana tur
Australia membuat mereka
seperti belajar bermusik dari nol
lagi. Tur ini berawal dari
percakapan sederhana dengan Xenophobic Records, sebuah label
dan distributor khusus musik
metal asal Australia via MySpace.

Oki, bassist, menjelaskan,
“Awalnya Xenophobic tertarik untuk merilis ulang album The
Prophecy yang kami rilis 2006
lalu, enggak nyangka juga
ternyata selain album kami dirilis
ulang, Agustus lalu kami juga
diundang untuk tur ke lima kota disana plus membuka konser
Dying Fetus dan Napalm Death.” Roy (drum) menambahkan kalau
Death Vomit saat itu begitu
antusias karena ini adalah
kesempatan tur ke luar negeri
pertama setelah malang
melintang selama lima belas tahun di scene metal nasional. �

Tur Australia Death Vomit diawali
dengan pementasan pada 1
September 2010 di kota Perth.
“Kita pertama main jadi band pembuka Dying Fetus dan Napalm
Death di Perth, bener-bener
keren crowd-nya,” ujar Roy. “Perth itu mungkin seperti Bandung� kalau di Indonesia, scene mereka kuat banget,
mereka punya yang namanya
Perth City Death Metal, semacam
komunitas metal yang kuat,
makanya crowd mereka juga
keren,” tambah Roy. Penampilan perdana ini juga membuat publik
Australia kaget Indonesia memiliki
band death metal seperti Death
Vomit.

Menurut Sofyan (gitar, vokal)
sebelum penampilan mereka di
Perth, metalheads di Australia
hanya mengenal nama Death
Vomit tanpa tahu musiknya.
“Dari Perth itulah mereka baru tahu ini yang namanya Death
Vomit, sebelum-sebelumnya
mereka paling tahu namanya
aja,” tutur Sofyan. Bagi mereka konser di Perth selain sebagai
pembuka tur juga sebagai ajang
perdana memperkenalkan
musiknya pada scene metal
Australia.

Setelah Perth mereka kemudian
pentas di Civic Hotel di kota kecil
Inglewood yang berada di Negara
Bagian Barat Australia pada 4
September lalu. “Inglewood ini tidak beda jauh sama Perth,
scene metal Australia itu
kuatnya memang di negara
bagian barat mereka, selain itu
di tiap kota kan kita main sama
band lokal metal mereka, nah disini band metalnya bagus-
bagus, ada Grostique, Nails of
Imposition sama Khariot juga,” jelas Roy.

Setelah Inglewood mereka
kemudian melanjutkan turnya
berturut-turut ke kota Geelong
(9/9), Melbourne (10/9), Sydney
(11/9) dan terakhir Brisbane
pada 15 September lalu. Kesempatan bermain di enam
kota di Autralia itu dimanfaatkan
Death Vomit untuk
mempromosikan rilis ulang album
mereka di Australia sekaligus
memperkenalkan lagu-lagu mereka di album baru yang akan
dirilis Januari 2011. “Biasanya satu kota kita main sepuluh lagu,
kita ambil setengahnya dari
album lama yang dirilis ulang,
setengahnya dari materi album
baru,” ungkap Roy.

Death Vomit sendiri secara
keseluruhan merasakan betul
perbedaan besar antara konser
di luar dengan di dalam negeri.
“Kalau dilihat dari yang nonton, crowd disana tuh kecil, waktu
main bareng Dying Fetus dan� Napalm Death paling cuma ada
300-an orang. Tapi yang gila
crowd sana itu bener-bener
memperhatikan, di lagu pertama
mereka diam aja, kaya melototin
yang main, kalau mainnya emang jelek, ya sudah mereka nggak
bakal gubris di lagu-lagu
berikutnya,” ujar Oki.


Keberhasilan Death Vomit
melakukan tur Australia
membuat pihak Xenophobic
berencana mengundang mereka
kembali tahun depan. “Ya rencananya sekalian promosi
album baru yang dirilis Januari
tahun depan, pasti tahun depan
bakal lebih matang lah
persiapannya, udah belajar dari
tur kemarin,” ungkap Roy berjanji.

Selesai dengan tur di Australia
tak membuat band yang telah
menelurkan dua album ini
bersantai-santai. Mereka kini
langsung menyibukkan diri
dengan rekaman album baru yang akan dirilis tahun depan.
Sofyan, Oki dan Roy berharap
dengan menjalin kerjasama
bersama Xenophobic musik
mereka bisa diterima metalhead
Australia. “Sebelum kami publik Australia hanya tahu Burgerkill
karena distribusi mereka sampai
sana, kami juga ingin musik death
metal Indonesia bisa diterima
masyarakat internasional,” pungkas Roy.�

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Free Skull Cross Bones 1 Cursors at www.totallyfreecursors.com